"Ada yang tak bisa dipaksakan, Dikala. Termasuk perasaan untuk selalu sama terus-menerus. Tidak bisa. Dan pada saat momen itu tiba, kamu harus ikhlas dan siap menerima kekecewaan yang lebih besar dari sekadar perasaanmu yang pernah ditolak. Berakhir dengan kamu yang masih mencintai, akan berbeda dengan cinta yang kamu simpan dengan rapi, karena itu jelas bisa kamu akhiri tanpa permintaan siapa pun, Dik." Itu kalimat terakhir yang ia ucapkan padaku, sebelum akhirnya ia memilih asing. Padahal, ia tetap masih menjadi siapa-siapa yang akan selalu tumbuh di dadaku. Makin subur, hingga aku sendiri sulit untuk membunuhnya.